PENGOBATAN ALTERNATIF ONLINE RSBI

PENGOBATAN ALTERNATIF ONLINE RSBI
TABIB BERIJIN RESMI, HERBAL 100% ALAMI, AMAN SUDAH IJIN B-POM DAN HALAL MUI, PENGOBATAN MENGGUNAKAN HERBAL YANG SUDAH DIPERKAYA DENGAN RUQYAH ISLAMI YANG SYAR'I. HARGA TERJANGKAU. INFO LENGKAP KLIK PADA GAMBAR. SMS/WA TABIB UNTUK KONSULTASI DAN PEMESANAN OBAT DI: 08121341710 ATAU 0811156812

Tuesday, October 11, 2016

BAB MENGHILANGKAN NAJIS DAN PENJELASANNYA, Islam, shalat, tarbiyah,bekam, pendidikan islami, keluarga sakinah, thibbun nabawi, hadis nabi, rukun islam, rukun iman, rukun shalat, al quran, kisah islami, asmaul husna, kisah para nabi

BAB MENGHILANGKAN NAJIS DAN PENJELASANNYA

Oleh
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat


33. وَعَنْ أَبِي السّمْحِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ، ويُرَشُّ مِنْ بَوْلِ الغُلامِ)). أخرجه أبو داود والنسائي، وصححه الحاكمُ .

Dari Abus Samhi Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Kencing bayi perempuan dicuci dan kencing bayi laki-laki cukup dipercikkan saja dengan air.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasa-i dan telah di-shahih-kan oleh Al Hakim).

TAKHRIJUL HADITS
SHAHIH LIGHAIRIHI. Telah dikeluarkan oleh Abu Dawud (no. 376), Nasa-i (juz I, hlm. 158), Ibnu Majah (no. 526), Ibnu Khuzaimah (no. 283), Ad Daruquthni (I/130) dan Hakim (I/166). Semua dari beberapa jalan dari Abdurrahman bin Mahdi, (ia berkata): Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Walid, (ia berkata): Telah menceritakan kepadaku: Muhil bin Khalifah, (ia berkata): Telah menceritakan kepadaku Abu Samhi, ia berkata (sebagaimana di atas).

Bukhari berkata: “Hadits (ini) hasan.” Dinukil oleh Al Hafizh Ibnu Hajar di kitabnya Talkhisul Habir (I/28).

Saya berkata: Isnadnya hasan, karena Yahya bin Walid Ath Tha-i (يحيى بن الوليد الطائي) seorang rawi yang hasanul hadits (حسن الحديث), haditsnya hasan.

Nasa-i berkata: “Laisa bihi ba’s (لَيْسَ بِهِ بَأْسٌ)”

Ibnu Hibban telah men-tsiqah-kannya. Dan jama’ah telah meriwayatkan darinya. Lihat Tahdzibut Tahdzib (II/296).

Ibnu Hajar di dalam Taqrib-nya menyatakan “La ba’sa bihi (لاَ بَأْسَ بِهِ)” mengikuti Nasa-i.

Akan tetapi hadits ini shahih –yakni lighairihi- karena telah datang sejumlah syawahidnya dari jama’ah para sahabat, sebagaimana akan saya turunkan sebagiannya. Oleh karena itu, hadits Abu Samhi di atas telah dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Hakim, Dzahabi dan lain-lain.

SYAWAAHIDNYA
1. Dari jalan Ali bin Abi Thalib secara mauquf dan marfu’.
Riwayat mauquf:

عَنْ عَلِيٍّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ وَيُنْضَحُ مِنْ بَوْلِ الْغُلاَمِ مَا لَمْ يُطْعِمْ . رواه أبو داود (رقم : 377)

Dari Ali Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: “Dicuci dari kencing anak perempuan dan dipercikkan dengan air dari kencing anak laki-laki selama belum memakan makanan.” (Riwayat Abu Dawud, no. 377 dengan sanad yang shahih.

Riwayat yang marfu’:

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي بَوْلِ الْغُلاَمِ الرَّضِيعِ : ((يُنْضَحُ بَوْلُ الْغُلاَمِ وَيُغْسَلُ بَوْلُ الْجَارِيَةِ)) . رواه أبو داود والترميذي وابن ماجة وغيرهم .

Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kencing anak laki-laki yang masih menyusu (asi), (Beliau bersabda): “Kencing anak laki-laki dipercikkan dengan air dan kencing anak perempuan dicuci.”

SHAHIH. Riwayat Abu Dawud (no. 378), Tirmidzi (no. 610), Ibnu Majah (no. 525), Ahmad (no. I/76, 97, 137), Abdullah bin Ahmad di Zawa-id Musnad (I/137), Ibnu Khuzaimah (no. 284), Thahawi di kitab Syarah Ma’anil A-tsar (I/92), Daruquthni (I/129) dan Hakim (I/165-166), dari jalan Hisyam (Ad Dastawa-i), dari Qatadah, dari Abi Harb bin Abi Aswad, dari bapaknya (yaitu Abu Aswad Ad Diyliy atau Ad Du-ali), dari Ali bin Abi Thalib (seperti di atas). Lafazh hadits dari Tirmidzi.

Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan shahih.” Dan telah dishahihkan oleh Bukhari dan Ibnu Khuzaimah.

Hakim telah men-shahih-kannya atas syarat Bukhari dan Muslim. Dan telah disetujui oleh Dzahabi.

Saya berkata: Isnadnya shahih atas syarat Muslim saja tanpa Bukhari menyalahi takhrij Hakim dan Dzahabi. Karena Abu Harb bin Abu Aswad tidak dikeluarkan oleh Bukhari. Wallahu a’lam.

2. Dari jalan Ummu Kurz.

عَنْ أُمِّ كُرْزٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ((بَوْلُ الْغُلاَمِ يُنْضَحُ وَبَوْلُ الْجَارِيَةِ يُغْسَلُ)) . رواه ابن ماجة وأحمد .

Dari Ummu Kurz, Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: “Kencing anak laki-laki (cukup) dipercikkan saja, sedangkan kencing anak perempuan (wajib) dicuci.”

Riwayat Ibnu Majah (no. 527) dan Ahmad (VI/ 422, 440, 464), dari jalan Amr bin Syu’aib, dari Ummu Kurz (seperti di atas).

Saya berkata: Isnadnya dha’if munqathi’ (terputus), karena Amr bin Syu’aib tidak pernah mendengar dari Ummu Kurz.

Ibnu Hajar di Talkhis-nya (I/28) menyatakan: “Pada (sanad)nya terdapat inqitha’ (terputus sanadnya).”

Akan tetapi, hadits ini shahih atau sekurang-kurangnya hasan, disebabkan beberapa syawahidnya. Insyaa Allahu Ta’ala.

3. Dari jalan ‘Aisyah.

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُؤْتَى بِالصِّبْيَانِ فَيُبَرِّكُ عَلَيْهِمْ وَيُحَنِّكُهُمْ فَأُتِيَ بِصَبِيٍّ [يَرْضَعُ] فَبَالَ عَلَيْهِ (وَفِيْ رِوَيَةٍ : فَبَالَ فِي حَِجْرِهِ) (وَفِيْ رِوَيَةٍ : فَبَالَ عَلَى ثَوْبِهِ) فَدَعَا بِمَاءٍ فَأَتْبَعَهُ بَوْلَهُ وَلَمْ يَغْسِلْهُ *

Dari ‘Aisyah isteri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (ia berkata): “Bahwasanya pernah dibawa kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beberapa anak laki-laki, kemudian Beliau mendo’akan keberkahan atas mereka dan mentahnik mereka. Lalu dibawa kepada Beliau seorang anak laki-laki yang masih menyusu, lalu anak itu mengencingi Beliau.” Dalam riwayat yang lain: Lalu anak itu kencing di pangkuan Beliau. Dalam riwayat yang lain: Lalu anak itu mengencingi pakaian Beliau. Kemudian Beliau meminta air, lalu Beliau memercikkan kencing bayi laki-laki itu dan Beliau tidak mencucinya.”

SHAHIH. Riwayat Malik (I/83 dalam Tanwirul Hawalik Syarah Muwaththa oleh Suyuthi), Bukhari (no. 222, 5.468, 6.002, 6.355), Muslim (I/163-164), Nasa-i (I/157), Ibnu Majah (no. 523), Ahmad (VI/ 46), Thahawi di Syarh Ma’anil A-tsar (I/ 92, 93), Ibnu Hibban di dalam Shahih-nya (no: ) dan Ibnu Jarud (no. 140). Semua dari beberapa jalan dari Hidyam bin ‘Urwah dari bapaknya, dari ‘Aisyah (seperti di atas).

4. Dari jalan Ummu Qais binti Mihshan.

عَنْ أُمِّ قَيْسٍ بِنْتِ مِحْصَنٍ أَنَّهَا أَتَتْ بِابْنٍ لَهَا صَغِيرٍ لَمْ يَأْكُلِ الطَّعَامَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَجْلَسَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حُِجْرِهِ ، فَبَالَ عَلَى ثَوْبِهِ ، فَدَعَا بِمَاءٍ فَنَضَحَهُ وَلَمْ يَغْسِلْهُ.

Dari Ummu Qais binti Mihshan, bahwa dia pernah membawa anak laki-laki yang masih kecil (bayi) kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mendudukkannya di pangkuan Beliau. Kemudian bayi laki-laki itu mengencingi pakaian Beliau. Lalu Beliau meminta air, kemudian memercikkannya dan Beliau tidak mencucinya.

SHAHIH. Riwayat Malik (I/83), Bukhari (no. 223, 5693), Muslim (I/164), Abu Dawud (no. 374), Tirmidzi (no. 71), Nasa-i (I/157), Ibnu Majah (no. 524) dan lain-lain banyak sekali, sebagaimana telah saya luaskan takhrijnya di Takhrij Sunan Abi Dawud (no. 374-379).

5. Dari jalan Lubabah binti Harits.

عَنْ لُبَابَةَ بِنْتِ الْحَارِثِ قَالَتْ كَانَ الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ فِيْ حَِجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَالَ عَلَيْهِ فَقُلْتُ الْبَسْ ثَوْبًا وَأَعْطِنِيْ إِزَارَكَ حَتَّى أَغْسِلَهُ قَالَ : ((إِنَّمَا يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ اْلأُنْثَى وَيُنْضَحُ مِنْ بَوْلِ الذَّكَرِ)). رواه أبو داود وابن ماجة وأحمد وغيرهم .

Dari Lubabah binti Harits, ia berkata: Husain bin Ali Radhiyallahu 'anhu pernah berada di pangkuan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu dia mengencingi Beliau, maka aku berkata (kepada Beliau): “Pakailah pakaian yang lain, dan berikanlah kainmu kepadaku agar aku dapat mencucinya.” Beliau bersabda: “Yang dicuci itu hanya kencing anak perempuan, sedangkan kencing anak laki-laki (cukup) dipercikkan.”

SHAHIH LIGHAIRIHI. Riwayat Abu Dawud (no. 375), Ibnu Majah (no. 522), Ahmad (VI/ 339), Thahawi di Syarah Ma’anil A-tsar (I/ 92, 94), Ibnu Khuzaimah (no. 282) dan Hakim (I/166). Semuanya dari beberapa jalan dari Simak bin Harb, dari Qabus, dari Lubabah binti Harits (seperti di atas).

Hadits ini telah dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Hakim dan Dzahabi.

Saya berkata: Isnadnya hasan, karena Qabus bin Mukhariq (قَابُوس بن الْمُخَارِق) seorang rawi yang hasanul hadits (حسن الحديث) (hasan haditsnya).

Al Hafizh di Taqrib-nya berkata: “Laa ba’sa bihi (لابأس به).”

Tetapi hadits ini shahih, (yang) disebabkan: Pertama. Telah datang dua jalan yang lain yang dikeluarkan oleh Ahmad (VI/ 339, 340). Kedua. Telah ada sejumlah syawahidnya dari hadits-hadits yang telah lalu. Dan lain-lain.

FIQIH HADITS:
Di antara fiqih dari hadits-hadits yang mulia di atas ialah:
1. Kencing bayi laki-laki yang belum memakan makanan, yakni masih menyusu, apabila mengenai pakaian dan lain-lain, (maka) cara membersihkannya cukup dipercikkan saja dengan air dan tidak harus dicuci, sebagaimana sabda dan perbuatan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas. Ini menunjukkan, kencing bayi laki-laki najis dengan najis yang ringan. Ketentuan di atas setelah memenuhi dua syarat. Pertama. Bayi tersebut adalah bayi laki-laki bukan bayi perempuan. Kedua. Bayi tersebut belum memakan makanan selain air susu ibu (asi).

Apabila hilang salah satu atau kedua syarat di atas, misalnya bayi laki-laki itu telah diberi makan selain air susu ibu atau dia seorang bayi perempuan meskipun belum memakan makanan, kecuali air susu ibu, maka hukumnya najis seperti najisnya air kencing orang dewasa, dan mewajibkan mencuci sesuatu, seperti pakaian dan lain-lain yang terkena air kencingnya, sebagaimana dapat kita ketahui hukumnya dari hadits-hadits di atas.

2. Bahwa syara’ yang bijaksana senantiasa membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam sebagian hukumnya sampai kepada masalah kencing bayi laki-laki dan perempuan. Kalau kencing saja antara dua orang bayi laki-laki dan perempuan telah dibedakan, bagaimanakah tentang masalah kepemimpinan? Jawabannya saya serahkan kepada sidang pembaca yang terhormat.

Masalah itu telah saya luaskan pembahasannya di kitab saya Menanti Buah Hati (fasal 12 dengan judul “Tidak Sama Laki-Laki Dengan Perempuan dan Kelebihan Laki-Laki Atas Perempuan” halaman 73-84 dan halaman 252-256, Cetakan III.

(Sumber: Al-Manhaj)